Nishfu Sya’ban

Nishfu Sya’ban

Salah satu amalan yang sering dilakukan oleh umat Islam pada malam nisfu Sya‘ban adalah memperbanyak shalat pada malamnya. Sebagian mereka melakukannya secara sendirian dan sebagian yang lain secara berjamaah. Hal ini mereka lakukan hanya karena mengharapkan keberkahan dari Allah Swt dengan berpegangan pada beberapa hadis hasan li ghairihi yang menjelaskan hal ini, yaitu yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dalam Sunan-nya. Namun, amalan ini ,menurut sebagian kelompok, dianggap sebagai sesuatu yang tidak pernah dicontohkan oleh baginda Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam sehingga mereka menganggapnya sebagai kebid’ahan. Setiap bid’ah menurut mereka adalah sesat dan tempatnya di neraka.

 

*Mengenai nishfu Sya’ban yang diriwayatkan imam Tirmidzi di dalam An-Nawadir dan oleh Thabarani serta Ibnu Syahin dengan sanad Hasan (baik), berasal dari Aisyah r.a. yang menuturkan, Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam pernah menerangkan;

 هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ يَغْفِرُ الله ُ المُسْتَغْفِرِيْنَ , وَ يَرْحَمُ المُسَتَرْحِمِيْنَ وَ يُؤَخِّرُ أهْلَ الحِقدِ عَلَى حِقْدِهِم 

'Pada malam nishfu Sya’ban ini, Allah mengampuni orang-orang yang mohon ampunan dan merahmati mereka yang mohon rahmat serta menangguhkan (akibat) kedengkian orang-orang yang dengki’.

 

*Hadis riwayat Muaz bin Jabal r.a., Nabi shalllahu'alaihiwasallam bersabda;

عَنْ مُعَاذِ بن جَبَلٍ عَن ِالنَّبِيِّ (ص) قَالَ: يَطَّلِعُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ عَلَى خَلْقِهِ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيْعِ خَلْقِهِ إِلاَّ لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ

“Sesungguhnya Allah azza wa jalla memperhatikan hambanya (dengan penuh rahmat) pada malam Nishfu Sya’ban. Ia akan mengampuni semua makhluk-Nya kecuali orang musyrik dan musyakhin (orang yang belum damai dengan saudara- nya)”. (HR Thabrani dalam Al-Kabir no 16639 dan Al-Ausat, berkata Al-Haitsami [Majma’ Al Zawaid 3/395] para perawinya tsiqat [dapat dipercaya], Daruquthni dalam Al-Nuzul 68, Ibnu Majah no 1380, Ibnu Hibban dalam sahihnya no 5757, Ibnu Abi Syaibah no 150, Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman no 6352, dan Al Bazzar dalam Al Musnad 2389 dan disahihkan Al-Bani ,ulama kaum salafisme, dalam Sahihul Jami’ no.1819).

 

*Al-Mundziri dalam At-Targhib setelah menyebutkan hadis ini, beliau mengatakan, “Dikeluarkan oleh At-Thobroni dalam Al Awsath dan Ibnu Hibban dalam kitab Shahihnya dan juga oleh Al-Baihaqi. Ibnu Majah pun mengeluarkan hadis dengan lafazh yang sama dari hadis Abu Musa Al-Asy’ari. Al-Bazzar dan Al-Baihaqi mengeluarkan yang semisal dari Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiyallahu ‘anhu dengan sanad yang tidak mengapa.”

 

*Syeikh Al-Bani (ulama salafisme) ini, dalam Silsilah al-Ahadis al-Shahihah, No. 1144 juga mensahihkan hadis, “Allah melihat kepada hamba-hambaNya pada malam nishfu Sya’ban. Dia ampuni semua hamba-hamba-Nya kecuali musyrik (orang yang syirik) dan yang bermusuhan (orang yang saling membenci).”   

 

*Hadis dari Aisyah r.a:

عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ فَقَدْتُ النَّبِيَّ (ص) ذَاتَ لَيْلَةٍ فَخَرَجْتُ أَطْلُبُهُ فَإِذَا هُوَ  بِالْبَقِيعِ رَافِعٌ رَأْسَهُ إِلَى السَّمَاءِ فَقَالَ يَا عَائِشَةُ أَكُنْتِ تَخَافِيْنَ أَنْ يَحِيْفَ اللهُ عَلَيْكِ وَرَسُولُهُ قَالَتْ قَدْ قُلْتُ وَمَا بِي ذَلِكَ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنَّكَ أَتَيْتَ بَعْضَ نِسَائِكَ فَقَالَ إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَنْزِلُ لَيْلَةَ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيَغْفِرُ ِلأَكْثَرَ مِنْ عَدَدِ شَعَرِ غَنَمِ كَلْبٍ   

Aisyah berkata, “Pada suatu malam saya kehilangan Nabi-shalllahu'alaihi wa sallam- pada malam itu saya keluar mencarinya, ternyata beliau ada di Baqi’ seraya menengadahkan kepalanya ke langit, beliau bersabda, ‘Apakah kamu takut Allah dan Rasulnya mengabaikan kamu?’ Aisyah berkata, ‘Saya tidak memiliki ketakutan itu, saya mengira engkau mengunjungi diantara istri-istri engkau.’ Nabi-shalllahu'alaihiwasallam-bersabda, ‘Sesungguhnya (rahmat) Allah turun ke langit yang paling bawah pada malam Nishfu Sya’ban dan Ia mengampuni dosa-dosa yang melebihi dari jumlah bulu kambing milik suku Kalb.’” (HR Turmudzi no 670 dan Ibnu Majah no 1379).

 

*Hadis dari imam Ali k.w. Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam bersabda, “Malam nisfu Sya’ban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun kelangit dunia pada malam itu, Allah berfirman, ‘Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rezeki akan Aku beri dia rezeki, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing’”. (HR. Ibnu Majah dengan sanad lemah).

 

Ingat sekali lagi, ijmak Ulama bahwa hadis lemah dapat digunakan untuk fadhail amal (keutamaan amal). Walaupun, sebagian hadis-hadis tersebut lemah, namun melihat dari hadis-hadis lain yang menunjukkan keutamaan bulan dan nishfu Sya’ban, dapat diambil kesimpulan semuanya ini mempunyai keutamaan atau keistimewaan tertentu. Terkabulnya doa, amal saleh pada bulan dan malam tersebut lebih besar harapannya dan pada bulan itulah diangkatnya amalan-amalan kepada Allah Rabbul ‘alamin.

 

*Dalam kitab Hasyiyah Al-jamal disebutkan,

قَوْلُهُ: (تُعْرَضُ اْلأَعْمَالُ) أَيْ تُعْرَضُ عَلَى اللهِ تَعَالَى وَكَذَا تُعْرَضُ فِي لَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَفِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ، فَاْلأَوَّلُ عَرْضٌ إجْمَالِيٌّ بِاعْتِبَارِ اْلأُسْبُوْعِ، وَالثَّانِي بِاعْتِبَارِ السَّنَةِ

“(Amalan-amalan yang diperlihatkan). Amalan-amalan yang diperlihatkan kepada Allah Ta'aala, begitu juga amalan pada malam Nishfu Sya’ban dan Lailatul Qadar. Yang pertama (Senin-Kamis) merupakan laporan amalan mingguan. Yang kedua dan ketiga (Nishfu Sya’ban dan Lailatul Qadar) merupakan laporan amalan tahunan”. (Hasyiyah al-Jamal, VIII/323)

 

*Setiap pekan, amalan seseorang diangkat yaitu pada hari Senin dan Kamis, sebagaimana disebutkan dalam hadis;

تُعْرَضُ أَعْمَالُ النَّاسِ فِى كُلِّ جُمُعَةٍ مَرَّتَيْنِ يَوْمَ الاِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ مُؤْمِنٍ إِلاَّ عَبْدًا بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ فَيُقَالُ اتْرُكُوا – أَوِ ارْكُوا – هَذَيْنِ حَتَّى يَفِيئَا

Amalan manusia dihadapkan pada setiap pekannya dua kali yaitu pada hari Senin dan hari Kamis. Setiap hamba yang beriman akan diampuni kecuali hamba yang punya permusuhan dengan sesama. Lalu dikatakan, ‘Tinggalkan mereka sampai keduanya berdamai’.” (HR. Muslim no. 2565)

 

*Hadis dari Ala bin Harits bahwa Aisyah r.a. berkata,

عَنِ الْعَلاَءِ بْنِ الْحَارِثِ اَنَّ عَائِشَةَ قَالَتْ: قَامَ رَسُوْلُ اللهِ مِنَ اللَّيْلِ فَصَلَّى فَأَطَالَ السُّجُودَ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ قَدْ قُبِضَ، فَلَمَّا رَأَيْتُ ذَلِكَ قُمْتُ حَتَّى حَرَّكْتُ إِبْهَامَهُ فَتَحَرَّكَ فَرَجَعَ، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ مِنْ السُّجُودِ وَفَرَغَ مِنْ صَلاَتِهِ قَالَ: يَا عَائِشَةُ أَوْ يَا حُمَيْرَاءُ أَظَنَنْتِ أَنَّ النَّبِيَّ (ص) قَدْ خَاسَ بِكِ؟ قُلْتُ: لاَ وَاللهِ يَا رَسُوْلَ اللهِ وَلَكِنِّي ظَنَنْتُ أَنْ قُبِضْتَ طُوْلَ سُجُوْدِكَ، قَالَ: أَتَدْرِي أَيَّ لَيْلَةٍ هَذِهِ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: هَذِهِ لَيْلَةُ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ إِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَطَّلِعُ عَلَى عِبَادِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِلْمُسْتَغْفِرِيْنَ وَيَرْحَمُ الْمُسْتَرْحِمِيْنَ وَيُؤَخِّرُ أَهْلَ الْحِقْدِ                                      

“Suatu malam Rasulallah bangun untuk shalat, beliau lama bersujud, sehingga aku menyangka bahwa beliau-shalllahu'alaihiwasallam-telah diambil (wafat). Waktu aku melihat itu, maka aku bangun dan aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Ketika mengangkat kepala dari sujud dan usai shalat beliau-shalllahu'alaihiwasallam-bersabda, ‘Hai Aisyah apakah kau kira Nabimu berkhianat kepadamu?’ Aku menjawab, ‘Tidak ya Rasulallah, aku hanya berpikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulallah telah wafat), karena engkau bersujud begitu lama’.

 

Beliau bertanya, ‘Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?’. Tidak, ‘Allah dan Rasul-Nya yang lebih tahu, jawabku’. ‘Malam ini adalah malam nisfu Sya’ban, Allah mengawasi hamba-Nya pada malam ini. Dia memaafkan mereka yang memohon ampunan, memberi kasih sayang, mereka yang memohon kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki‘“ (HR. Baihaqi dalam kitab Syuab Al Iman no 3675 dan berkata, hadis ini mursal [ada rawi yang tidak sambung ke sahabat], yang baik).

 

Letak ke-mursal-an hadis tersebut karena Al ‘Ala’ bin Al Harits adalah seorang Tabi'in yang tidak pernah berjumpa dengan Aisyah r.a. Al-Baihaqi menyebutkan ‘Ala’ memperoleh hadis ini dari gurunya, Makhul. Imam Ahmad menilai Al ‘Ala’ sebagai orang yang sahih hadisnya. Abu Hatim berkata: Tidak ada murid Makhul yang lebih terpercaya dari pada Al ‘Ala’. Ibnu Hajar menyebut Al ‘Ala’ sebagai orang yang jujur dan berilmu fikih, tetapi ia dituduh pengikut Qada-riyah. (Mausu’ah Ruwat Al Hadis). 

 

Para Imam mazhab, seperti Imam Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbal mengkategorikan hadis Mursal sebagai hadis yang dapat diterima (hadis makbul) bila memenuhi beberapa persyaratan, diantaranya Sahabat atau Tabi'in yang dikenal kredibilitasnya, tidak bertentangan dengan hadis lain yang lebih sahih dan lain sebagainya, sebagaimana yang tercantum dalam kitab- kitab Ulumul Hadis.

 

*Dalam kitab Faid Al-Qadir, Imam Syafi’i berkata,   

قَالَ الشَّافِعِى بَلَغَنَا أنَّ الدُّعَاءَ يُسْتَجَابُ فِى خَمْسِ لَيَالٍ أوَّلِ لَيْلَةٍ مِنْ رَجَبَ وَلَيْلَةِ نِصْفِ شَعْبَانَ وَلَيْلَتَىِ اْلعِيْدِ وَلَيْلَةِ الْجُمْعَةِ

“Imam Syafi’i berkata, “Telah sampai kepada kami bahwa doa dikabulkan dalam lima malam, yaitu awal malam bulan Rajab, malam Nishfu Sya’ban, dua malam hari raya (Idul fithri dan adha) dan malam Jumat”. (Faid al-Qadír, VI/ 50).

 

*Dalam kitab Nuzhah Majalis disebutkan,

قَالَ عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مَا بَعْدَ لَيْلَةِ الْقَدْرِ أَفْضَلُ مِنْ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ وَهِىَ مِنَ اللَّيَالِى الَّتِى يُسْتَجَابُ فِيْهَا الدُّعَاءُ. قَالَ النَّوَوِى عَطَاءُ بْنُ يَسَارٍ مِنَ التَّابِعِيْنَ                                                                           

'Atho’ bin Yasar berkata, Tidak ada malam yang lebih utama setelah Lailatul Qadar dibandingkan dengan Nishfu Sya’ban. Ia merupakan salah satu malam yang mustajabah. Imam Nawawi berkata, Atho’ bin Yasar dari golongan Tabi’in' (Nuzhah al-Majalis, I/158)

 

*Tuhfah Al-Ahwadzi Syarh Sunan At-Tirmidzi, disebutkan;

فَهَذِهِ اْلأَحَادِيثُ بِمَجْمُوعِهَا حُجَّةٌ عَلَى مَنْ زَعَمَ أَنَّهُ لَمْ يَثْبُتْ فِي فَضِيْلَةِ لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ شَيْءٌ وَاللهُ تَعَالَى أَعْلَمُ 

“Hadis-hadis di atas secara keseluruhan merupakan dalil untuk membantah anggapan sebagian ulama yang berpendapat bahwa tidak ada satupun dalil kuat yang menjelaskan tentang keutamaan malam nishfu Sya’ban. Allah Ta'aala yang lebih mengetahui” (Tuhfah al-Ahwadzi Syarh Sunan al-Tirmidzi, II/277).

Wallahua'lam.

Silahkan ikuti kajian berikutnya.