Kesimpulan Singkat

Kesimpulan singkat:

Riwayat tentang keimanan dan keislaman Abu Thalib telah dijelaskan para sejarawan Islam dan ahli hadis, sebagaimana yang telah dikemukakan. Begitu juga ayat at-taubah 113 dan al-Qashash:56 itu mencakup secara umum dan dapat mencakup siapapun dan kapanpun. Seumpama saja, saat itu Abu thalib memeluk islam secara terang-terangan, seperti yang dilakukan oleh sayidina Hamzah dan sayidina Abbas, tentu beliau tidak akan dapat memberi perlindungan dan pembelaan kepada Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam .

 

Karena kaum musyrikin quraisy pasti memandangnya sebagai musuh, bukan sebagai pemimpin masyarakat Makkah, yang harus dihormati dan disegani. Jika demikian, tentu ia tidak mempunyai lagi kewibawaan untuk mengumpulkan atau menekan perlawanan mereka terhadap Rasulallah shalllahu'alaihiwasalam dan tidak dapat membentengi dakwah beliau shalllahu'alaihiwasallam .

 

Memang, pada lahirnya Abu Thalib nampak seagama dengan mereka (Tagiyah), tetapi apa yang ada di dalam batinnya tentu hanya Allah Taáala yang Maha tahu. Tagiyah ini dibolehkan dengan syarat-syarat tertentu (baca halaman sebelum- nya)  Karena itu, jangan ceroboh menuduhnya kafir atau musyrik!!

 

**Sayid Muhamad Rasyid dalam Tafsir Al-Manar menguraikan pendapat sementara ulama tentang hadis Nabi shalllahu'alaihiwasallam yg menyatakan : ”Seandainya Fathimah putri Muhamad mencuri  niscaya pasti kupotong tangannya” (HR. Bukhari dan Muslim dari  Aisyah r.a). Menurutnya, ada ulama yang enggan menyebut Fathimah dalam riwayat ini, dan menggantinya dengan kata Fulanah (si A), atas pertimbangan, bahwa perasaan Nabi shalllahu'alaihiwasallam akan tersinggung bila orang lain menyebut nama putri beliau shalllahu'alaihi wa sallam sebagai contoh untuk sesuatu yang buruk”.

 

Umpama saja, semua ulama sepakat atas kekafiran Abu Thalib, dan hal ini tidak mungkin, kita tidak perlu memperuncing, memperbesar dan gembar gembor sana sini untuk menceriterakan riwayat kekafiran Abu Thalib. Kita akan bertanya dan harus di jawab secara konsekwen, “Bagaimana perasaan seorang ulama, bila ada paman atau orang tuanya yang kafir? Kemudian, masyarakat muslimin gembar gembor sana sini menceriterakan kekafiran famili ulama ini, apakah ulama tersebut tidak bertambah sedih mendengarnya?” Sudah tentu, sedih bagi orang yang mau berpikir.

 

Ibnu al-Atsir di dalam kitabnya Usud al-Ghabah : “Ketika Ikrimah bin Abu Jahal masuk Islam, banyak orang yang berkata: ‘Wah!, ini adalah anak musuh Allah, Abu Jahal’. Ucapan ini menyakiti hati ‘Ikrimah, karenanya dia mengadukan perihal tersebut kepada Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam. Kemudian beliau shalllahu'alaihiwasallam bersabda: “Janganlah kalian mencela ayahnya karena mencela orang yang sudah mati, akan menyakiti orang yang masih hidup (keluarganya).”

 

Demi menjaga perasaan Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam dan mengingat jasa-jasa Abu Thalib kepada Nabi shalllahu'alaihiwasallam, hendaknya persoalan itu tidak dibahas secara panjang lebar dan tidak ada manfaatnya. Ingat firman Allah Taáala,  “Sesungguhnya  orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasul-Nya, Allah akan melaknatinya di dunia dan akhirat, dan disiapkan bagi mereka siksa yang menghinakan”. (QS.Al-Ahzab [33]:57). Wallahua’lam.

 

Dari keterangan singkat di site ini, membuktikan banyak para pakar Islam yang menyatakan keimanan orang tua, kakek dan paman Rasulallah shalllahu'alaihi wa sallam Abu Thalib. Mereka bukan orang-orang musyrik, penyembah berhala. Apa manfaatnya menyatakan mereka kafir? Hati-hati jangan mudah mengkafirkan seseorang, yang riwayatnya masih banyak diperselisihkan. Karena itu, bisa menjadi kan diri kamu sendiri kafir karena menuduh orang beriman sebagai orang kafir!!

 

Semoga semua yang tercantum di site yang sederhana ini, bisa memberi manfaat bagi diri kami, teman yang membantu membuat site ini, serta keluarga kami khususnya serta semua muslimin umumnya. Aamiin

Sudah tentu, sebagai manusia yang penuh kekurangan, tidak luput dari kesalahan dan kekhilafan, karenanya kami mohon pada Allah Subhaanahuu wa taáala untuk sudi mengampuni diri kami bila ada kesalahan dan kekhilafan dalam menulis di site ini.

”Ya Tuhan kami, janganlah Engkau hukum kami jika kami lupa atau kami salah. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tidak sanggup kami memikulnya. Beri maaflah kami, ampunilah kami, dan rahwafatlah kami. Engkau lah Penolong kami, maka tolonglah kami terhadap kaum yang kafir.” 

Bi Haqqi Muhamad Wa Ali Muhamad, kabulkanlah ya Allah doa kami. 

 

Wa ma taufiqi illa billah, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unib.

 

Hamba yang lemah,

                                                     

A.Shihabuddin