Keterangan mengenai bulan (nishfu) Sya’ban dan Rajab

Kemuliaan Bulan (nishfu) Sya’ban dan Rajab

Di dalam Islam, dikenal adanya hari-hari, bulan-bulan yang dimuliakan oleh Allah Ta'aala umpamanya hari Jum’at, bulan Ramadhan, bulan Haji dan lain sebagainya. Allah Ta'aala akan lebih meluaskan Rahmat dan Karunia-Nya melebihi daripada hari-hari atau bulan-bulan biasa. Karenanya, siapa yang beramal saleh pada waktu-waktu tersebut lebih besar harapannya Allah Taáala akan mengampunkan dosanya, diterima amal salehnya dan doanya dikabulkan oleh-Nya.

 

Bulan Sya‘ban adalah termasuk bulan suci atau mulia dan cukup dikenal di kalangan kaum Muslim. Mengapa? Karena banyak riwayat hadis yang mengemukakan kemuliaan  bulan tersebut. Nama Sya’ban adalah salah satu nama bulan dari 12 bulan Arab lainnya, yaitu satu bulan sebelum bulan Ramadhan. Adapun yang dimaksud nishfu (pertengahan) Sya’ban yaitu tanggal 15 bulan Sya’ban. Malam nishfu Sya’ban, yaitu mulai waktu maghrib pada tanggal 14 Sya’ban. Bulan Sya’ban merupakan bulan yang sangat penting dalam kehidupan Muslim khususnya di Indonesia. Karena selain menjadi bulan yang dekat dengan Ramadhan dan sebagai bulan persiapan untuk menghadapi puasa di bulan Ramadhan, ada beberapa hal yang sering diperingati secara rutin setiap bulan Sya’ban, yaitu malam nishfu Sya’ban.

 

Banyak hadis yang dipandang mu’tamad oleh para ulama pakar mengenai keutamaan bulan Sya’ban dan malam nishfu Sya’ban, di antaranya:

*Hadis  dari Aisyah r.a. 

مَا رَأيْتُ رَسُوْل الله .صَ. :  إسْتَكْمَلَ صِيَامَ شَهْرٍِ قَطُّ, إلاَّ شَهْرَ رَمَضَانَ وَمَا رَأيْتَهُ فِىْ شَهْرٍ كْثَـَرَ مِنْهُ صِيَامًا فِي شَعْبَانَ       

"Tidak terlihat olehku Rasulallah-shalllahu'alaihiwasallam-berpuasa satu bulan penuh, kecuali pada bulan Ramadhan dan tidak satu bulan yang hari-harinya lebih banyak di puasakan Nabi daripada bulan Sya’ban”. (HR. Bukhari no. 1969 dan Muslim no. 1156).

 

Riwayat dari Usamah bin Zaid r.a.;

قُلْتُ : يَا رَسُوْلُ اللهِ لَمْ أرَاكَ تَصُومُ مِنْ شَهِْرمِنَ الشُّهُورِمَا تَصُومُ شَعْبَان؟  قَالَ ذَالِكَ شَهْرُْ يَغْفَلُ النَّاسُ عَنْهُ , بَيْنَ رَجَبَ وَ رَمَضَانَ وَهُوَ شَهْـرٌ تُرْفَعُ بِهِ الأعْمَال اِلَى رَبِّ العَالَمِيْنَ فَأحِبُّ اَنْ يُرْفَع عَمَلِى وَأنَا صَائِمٌ     

“Saya berkata, ‘Ya Rasulallah, kelihatannya tidak satu bulan pun yang lebih banyak anda puasakan dari Sya’ban’. Ujar Nabi, ‘Bulan itu sering dilupakan orang, karena letaknya antara Rajab dan Ramadhan, sedang pada bulan itulah (bulan Sya’ban) di angkatnya amalan-amalan kepada Allah Rabbul ‘alamin. Maka saya ingin (senang) amalan saya dibawa naik selagi saya dalam berpuasa’”. (HR Abu Daud dan Nasa’i no. 2359  disahihkan oleh Ibnu Khuzaimah dan Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini hasan).

 

*Hadis dari Ummu Salamah r.a., katanya, “Belum pernah aku melihat Nabi shalllahu'alaihiwasallam berpuasa dua bulan berturut-turut terkecuali di bulan Sya’ban dan Ramadhan.” (HR. Tirmidzi dengan sanad Hasan).

*Abu Dawud mengemukakan hadis dari Abdullah bin Abi Qais dari Aisyah r.a. sebagai berikut, “Bulan yang paling disukai Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam ialah berpuasa di bulan Sya’ban. Kemudian, beliau menyambung puasanya hingga Ramadhan.” (Sunan Abu Daud, cet.Dar al-Fikr : Beirut jld.2 hal. 323 ).

 

*Hadis dari Imran Ibnu Hushain r.a., “Nabi shalllahu'alaihiwasallam pernah bersabda pada seorang lelaki, ‘Apakah engkau pernah berpuasa sebagian dari bulan Sya’ban ini?’ Jawab lelaki itu, ‘Tidak’. Sabda Nabi shalllahu'alaihi wa sallam, ‘Jika engkau telah menyelesaikan bulan Ramadhan, puasalah dua hari sebagai puasa pengganti bulan Sya’ban.’"(HR. Bukhari dan Muslim). Masih banyak lagi hadis mengenai bulan Sya’ban. 

 

Sejumlah peristiwa penting dalam bulan Sya'ban:

Dalam kitab Ma Dza fi Sya’ban, karya Sayid Muhamad bin Alawi Al-Maliki menyebutkan tiga peristiwa penting yang berimbas pada kehidupan beragama seorang Muslim.

1). Peralihan kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram terjadi pada bulan Sya’ban. Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkāmil Qur’an ketika menafsirkan Surah Al-Baqarah ayat 144 dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan, bahwa Allah memerintahkan Nabi Muhamad shalllahu'alaihi wa sallam untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.

 

Peralihan kiblat ini, merupakan suatu hal yang sangat ditunggu-tunggu oleh Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam. Bahkan diceritakan, Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam setiap hari berdiri menengadah kelangit menunggu wahyu turun perihal peralihan kiblat itu. Maka turunlah wahyu, 

قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ 

Artinya, “Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.(QS Al-Baqarah ayat 144)”

 

2). Penyerahan keseluruhan Amal kepada Allah Ta'aala. Pada bulan ini semua amal kita diserahkan kepada Allah Ta'aala. Sayid Muhamad bin Alawi Al-Maliki mengutip sebuah hadis riwayat An-Nasa’i, yang meriwayatkan dialog Usamah bin Zaid ra dan Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam.

“Wahai Nabi, aku tidak melihatmu berpuasa di bulan-bulan lain sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban? Kemudian Rasulullah shalllahu'alaihi wa sallam menjawab, Banyak manusia yang lalai di bulan Sya’ban. Pada bulan itu semua amal di serahkan kepada Allah Ta'aala. Dan aku suka ketika amalku diserahkan kepada Allah, aku dalam keadaan puasa (HR. An-Nasa’i no.2359. Al-Hafizh Abu Thahir mengatakan bahwa hadis ini hasan).”

 

Penyerahan amal yang dimaksud dalam hal ini, adalah penyerahan seluruh rekapitulasi amal kita secara penuh. Walaupun ,menurut Sayid Muhamad Alawi, ada beberapa waktu tertentu yang menjadi waktu penyerahan amal kepada Allah selain bulan Sya’ban, yaitu setiap siang, malam dan setiap pekan. Ada juga beberapa amal yang diserahkan langsung kepada Allah Ta'aala tanpa menunggu waktu-waktu tersebut, yaitu catatan amal shalat lima waktu.

 

3). Pada bulan Sya’ban juga diturunkan ayat anjuran untuk bershalawat kepada Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam, yaitu Surah Al-Ahzab ayat 56.

إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا

Artinya, “Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi-shalllahu'alaihi wa sallam-dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.”

Wallahu'alam

Silahkan ikuti kajian berikutnya

Maak jouw eigen website met JouwWeb