Para pelopor dakwah Islam di Nusantara, selain Walisongo

Para pelopor dakwah Islam di Nusantara, selain Walisongo:

Selain Walisongo, terdapat juga tokoh lain yang bisa disebut sebagai para pelopor dakwah Islam di Nusantara. Nama-nama mereka, antara lain:

 

Abu Salam Jumad gelar Sunan atau Susuhunan Atas Angin bin Makhdum Kubra bin Jumad Al-Kubra bin Abdallah bin Tajadin bin Sinanaddin bin Hasanuddin bin Hasan bin Samaun bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zaid Zain Al-Kabir al-Madani bin Umar Zain al-Husain bin Zain Al-Hakim bin Walid Zain al-Alim Al-Makki bin Walid Zain Al-alim bin Ali Zainal Abidin al-Madani bin Al-Husain bin Al-imam Ali (bin abi Thalib) k.w.

 

Na’im gelar Sunan Wali Allah bin Abdul-Malik Asfarani bin Husain Asfarani bin Muhamad Asfarani  bin Abibakar Asfarani bin Ahmad bin Ibrahim Asfarani bin Tuskara ,imam Yaman, bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddin Al-Kabir bin Zain al Kubra bin bin Zaid Zain Al-Kabir Al-Madani .. dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Abu Salam Jumad.

 

Sunan Tembayat bin Muhamad Maula Al-Islam bin Ishaq gelar ,Wali lanang dari Blambangan, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad Al-Kabir bin Mahmud Al-Kubra bin Mahmud al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddinal-Kabir bin Zain al-Kubra bin Zaid Zain Al-kabir al-Madani ... dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Abu Salam Jumad.

 

Hasanuddin gelar Pangeran Sabakingking bin Ibrahim ,gelar Sunan Gunung Jati, bin Ya’qub ,gelar Sutomo Rejo, bin Abu Ahmad Ishaq dari Malaka bin Hamid bin Jumad Al-Kabir bin Mahmud Al-Kubra bin Mahmud Al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddinal-Kabir bin Zain Al-Kubra bin Zaid Zain Al-kabir al-Madani ... dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Abu Salam Jumad.

 

Kiyahi Ageng Lurung Tengah bin Syihabuddin bin Nuraddin Ali bin Ahmad Al-Kubra Al-Madani bin Hamid bin Jumad Al-Kabir  bin Mahmud Al-kubra bin Mahmud Al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddin al-Kabir bin Zain Al-Kubra bin Zaid Zain Al-kabir Al-Madani...dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Abu Salam Jumad.

 

Sunan Kalinyamat  bin Haji Usman bin Ali ,gelar Raja Pendeta Gresik, bin Abu Ali Ibrahim Asmoro al-Jaddawi bin Hamid bin Jumad Al-Kabir bin Mahmud Al-Kubra bin Abdurrahman bin Abdullah al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddinal-Kabir bin Zain Al-Kubra bin Zaid Zain Al-kabir Al-Madani.....dan silsilah seterusnya sekaitan dengan  silsilah Abu Salam Jumad.

 

Ibrahim yang bergelar Sunan Puger, bin Askhian bin Malik bin Jakfar Al-Sadiq bin Hamdan Al-Kubra bin Mahmud  Al-Kabir Mahmud Al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddinal-Kabir bin Zain Al-Kubra bin Zaid Zain Al-kabir al-Madani ....dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Abu Salam Jumad.

 

Sunan Pakala Nangka dari Banten bin Makhdum Jati ,Pangeran Banten, bin Abrar bin Ahmad Jumad Al-Kubra bin Abid Al-Kubra bin Wahid Al-Kubra bin Muzakir Zain Al-Kubra bin Ali Zain Al-Kubra bin Muhamad Zain Al-Kabir bin Muhamad Al-Kabir bin Abdurrahman bin Abdullah Al-Baghdadi bin Askar bin Hasan bin Sama-un bin Najmaddin Al-Kubra bin Najmaddinal-Kabir bin Zain Al-Kubra bin Zaid Zain Al-kabir Al-Madani dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Abu Salam Jumad.

 

Sunan Geseng  bin Husain bin Al-Wahdi. bin Hasan bin Askar bin Muhamad bin Husain bin Askib bin Muhamad Wahid bin Hasan bin Asir bin ‘Al  bin Ahmad bin Mosrir bin Jazar bin Musa bin Hajr bin Jakfar Al-Sadiq bin Muhamad Al-Baqir bin Ali Zain Al-Abidin al-Madani bin Al-Husein bin Al-Imam Ali (bin Abi Thalib).

 

Sunan Pakuan bin Al-Ghaibi bin Al-Wahdi dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Sunan Geseng.

 

Jamaluddin Al-Husain gelar Wajuk Makassar  bin Imam Ahmad Syah bin Amir Abdullah Khan bin Abdul Malik bin Alwi bin Muhamad Sahib Marbat bin Ali Khaliq Qasam bin Alwi bin Muhamad bin Alwi bin Ubaidillah bin Ahmad Almuhajir bin Isa bin Muhamad bin Ali Al-Uraidhi bin Jakfar As-Sadiq bin Muhamad Al-Baqir  bin Ali Zainul-Abidin bin Al-Husain bin Al-Imam Ali (bin Abi Thalib) k.w.  

 

Baabulloh bergelar Sunan Ternate bin Abdullah dari Kamboja (Campa) bin Ali Nurul Alam dari Siam bin Jamaluddin Al-Husain.....dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Jamaluddin Al-Husain  di atas.

Zainal Abidin (Demak-Jawa Tengah) bin Ahmad Hisam bin Raden Rahmat bin Ibrahim Asmoro bin Jamaluddin Al-Husain .......dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Jamaluddin Al-Husain

 

Ali Murtadho gelar Raden Santri (Bedilan Gresik Jawa Timur) bin Ibrahim Asmoro gelar Sunan Nggesik (Tuban) bin Jamaluddin Al-Husain.....dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Jamaluddin Al-Husain.

Hasanuddin (Banten) bin Hidayatullah (sunan Gunung Jati) bin Abdullah (kamboja) bin Ali Nurul Alam (Siam) bin Jamaluddin Al-Husain…...dan silsilah seterusnya sekaitan dengan silsilah Jamaluddin Al-Husain di atas. .

 

Kerajaan-kerajaan Islam yang didirikan di Pulau Jawa, keturunannya dan tokoh -tokoh Islam yang ternama. Yang terdapat hingga kini, adalah para Sultan Cirebon, keturunan langsung dari Sunan Gunung Jati. Hanya kepada para Alawi (sayid) diperkenankan ziarah makam moyangnya. Belanda melarang gelar sultan digunakan.

 

Keluarga para sultan Banten, keturunan langsung dari seorang putra Sunan Gunung Jati, dibuang oleh Belanda ke Surabaya. Suatu cabang dari keluarga para sultan Banten, adalah para Regen Cianjur, kedudukan mana ditetapkan pada th. 1815 .

 

Keturunan Sunan Kalijaga, adalah Pangeran Kadilangu dekat Demak, sedangkan keturunan Sunan Drajat tinggal di atas tanah milik Drajat, sebesar lebih kurang 9 hektar dekat Sedayu, inilah yang merupakan sisa dari Kerajaan Drajat.

 

Keluarga Ba-Syaiban: Pada permulaan abad ke 18, datang dari Hadramaut (Yaman Selatan) ke Cirebon adalah Sayid Abdurrahman bin Muhamad. Beliau menikah dengan puteri Sultan Cirebon. Kedua putranya, Sulaiman dan Abdurrahman memperoleh gelar Kiyahi Mas, semula tinggal di Surabaya dan kemudian di Krapyak (Pekalongan).

 

Suatu cabang dari keluarga ini menetap di Surabaya. Seorang putra dari Abdurrahim bernama Said, menikah dengan puteri Raden Adipati Danu Rejo, pengurus kerajaan Yogyakarta.

Dari ketiga putranya, yang tertua Hasyim bergelar Raden Wongso Rojo; yang kedua Abdallah bergelar hanya Raden; sedangkan yang ketiga Alwi kemudian, pada tahun 1813, menjadi Regen Magelang dengan nama dan gelar Raden Tumenggung Danu Ningrat 1.

 

Pada tahun 1820, beliau bergelar Raden Adipati. Keturunan dari Hasyim dan dari Abdallah tinggal di Yogyakarta, dan beberapa daripada mereka memangku jabatan-jabatan penting pada ke Sultanan.

Pada tahun 1826, Hamdani bin Alwi menggantikan ayahnya sebagai Regen Magelang dan bergelar Raden Tumenggung Ario Danu Ningrat II.

Pada tahun 1862, beliau diganti oleh putranya Said, yang bergelar Raden Tumenggung Danu (Kusomo) Ningrat III.

Pada tahun 1879, beliau diganti oleh putranya Sayid Ahmad bin Said, yang bergelar Raden Tumenggung Danu Kusomo.

Sayid Said bin Hamdani balik dari haji (Makkah) pada tahun 1881, seorang sayid dari keturunan para pangeran Jawa kuno.   

 

Keluarga pelukis terkenal Raden Saleh. Nama aslinya, adalah Sayid Saleh bin Husain bin Yahya. Kakeknya Awad, datang dari Hadramaut ke Jawa pada permulaan abad ke 19 dan menikah dengan puteri Regen Lasem, kiayahi Bostam.

Putranya, sayid Husain bin Awad tinggal di Pekalongan, dimana beliau menikah dengan puteri Regen Wiradesa. Beliau memperoleh dua putra dengan gelar Sayid dan dua puteri dengan gelar Syarifah.

 

Putra yang kedua, bergelar pula Raden. Seorang putrinya dinikahkan dengan patih Galuh. Suatu cabang dari keluarga bin Yahya, tiba di Pulau Pinang pada permulaan abad ke 19, namanya Tahir. Beliau menikah dengan seorang putri dari keluarga Sultan Yogyakarta.

 

Sultan ini, dibuang ke pulau Pinang selama 1812-1816. Sayid Tahir, datang ke Jawa tinggal di Semarang. Putranya yang ketiga, Ahmad Raden Sumodirjo, tinggal di Pekalongan dan memperistri seorang syarifah dari keluarga Ba’abud. Putranya sayid Saleh, bergelar Raden Sumo Di Putro. Satu-satu putrinya menikah dengan seorang syaikh dari Hadramaut.    

 

Keluarga Al-Ba’abud: Sayid Ahmad bin Muhsin Ba’abud tiba dari Hadramaut di Pekalongan pada permulaan abad ke 19, dan menikah dengan seorang putri Regen Wiradesa. Seorang anak cucunya Sayid Muhsin bin Husin bin Ahmad Ba’abud bergelar Raden Suro Atmojo, dan saudaranya yang bernama Ahmad bergelar Raden Suro Di Putro.

 

Keluarga Jamal-al-Lail: Di Pariaman (Sumatera Barat) ada suatu cabang dari keluarga Jamal-al-Lail, dan kepada para keluarganya penduduk memberi gelar Sidi.

 

Pada kerajaan Jambi, banyak terdapat anggota keturunan Barakbah dan Al-Jufri, begitu pula di Aceh ada keluarga dari keturunan Jamal-al-Lail.

 

Di Kesultanan Pontianak dan di Kubu, banyak sekali terdapat keturunan Al-Qadri, Al-Alydrus, Ba-Abud, Mutahhar, Al-Hinduan, Al-Habsyi, Al-Haddad, Al-Saqqaf dan keturunan Alawiyin lainnya. Semua ini, bersanak saudara dengan keluarga sultan Al-Qadri. Para Sayid, digelari Wan ringkasan dari Tuan dan untuk kaum wanitanya, digelari Wan Ipa ringkasan dari Tuan Syarifah.

 

Keluarga para Sultan Siak dan keluarga penguasa Palalawan, semua Alawiyin, begitu pula di Palembang. Keluarga-keluarga para Alawiyin yang terkemuka di Palembang, adalah bangsa Syaikh Abu Bakar, Al-Habsyi, Bin Syahab, Al-Saqqaf, Barakbah, Alkaf, Al-Munawar dan Al-Jufri. Antara mereka, ada yang berkeluarga dengan sultan-sultan dahulu. Banyak sekali, terjadi percampuran darah antara keluarga-keluarga Alawiyin dengan para terkemuka bangsa Indonesia, seperti putri sultan dari Pulau Bacan.

 

Pendiri kesultanan Siak, adalah Sayid Ali bin Usman bin Syihab, dari Palalawan adalah, Sayid Abdurrahman bin Usman bin Syihab dan dari Pontianak adalah, Sayid Abdurrahman bin Husain Al-Qadri.

 

Pendiri Kesultanan Sulu, adalah Sayid Abu Bakar dari Palembang dengan gelaran Sultan Sharif (penduduk Sulu menyebutnya  Al-Sultan Al-Syarif Al-Hasyimi). Urutan para sultan adalah sebagai berikut: Maharaja Upu–Pangeran Budiman– Sultan Tanga–Sultan Bungsu–Sultan Nasiruddin–Sultan Karamat –Sultan Syahabuddin–Sultan Mustafa gelar Sapiuddin–Sultan Muhamad Nasaruddin–Sultan Alimuddin I–Sultan Muhamad Muizziddin–Sultan Israil–Sultan Muhamad Alimuddin II–Sultan Muhamad Sarapuddin–Sultan Muhamad Alumuddin III.

 

Sumber catatan keturunan (ahlul bait) Rasulallah Saw. diambil antara lain dari:

Berg L.W.C.van den, ‘Le Hadramout Et Les Colonies Arabes Dans L’Archipel Indien’, Batavia 1886.

Al-Haddad, Sayed Alwi b.Tahir, (Mufti Kerajaan Djohor Malaya) ‘Sedjarah Perkembangan Islam Di Timur Djauh’, Maktab Addaimi, Jakarta 1957.

Salim Harahap A., ‘Sedjarah Penyiaran Islam Di Asia Tenggara’, tjetakan ke dua. Penerbit Islamiyah, Medan 1951.

Saleeby, Najeeb M., ‘The History of Sulu’, Manila 1963.

Risalah Seminar  ‘Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia’, diterbitkan oleh Panitia Seminar Sedjarah Masuknya Islam ke Indonesia, Medan , Maret 1963.

Wallahua'lam.

Silahkan ikuti kajian bab 12 berikutnya

Maak jouw eigen website met JouwWeb