Duduk, bersandar pada pusara:
Duduk, bersandar diatas pusara memang dianggap kurang penghargan terhadap penghuni kubur. Para ulama berbeda pendapat ketika menerangkan hadis Rasulallah shallallâhu‘alaihiwasallam yang diriwayatkan oleh Imam Muslim, Ahmad, Abu Daud dan lainnya dari Abu Hurairah r.a., Nabi shallallâhu ‘alaihiwasallam bersabda: “Lebih baik jika seseorang diantaramu duduk diatas bara panas hingga membakar pakaiannya dan tembus kekulitnya daripada ia duduk diatas kubur”
Begitu pula hadis riwayat imam Ahmad dengan isnad sahih dari Amar bin Hazmin yang berkata, “Rasulallah shallallâhu‘alaihiwasallam melihat saya bertelekan/bersandar diatas pusara, sabdanya, ‘Jangan kau sakiti penghuni kubur’ [menurut riwayat lain ’jangan kau sakiti dia’]”.
Jumhur ulama memakruhkannya. Adapun yang mengharamkannya antara lain mazhab Ibnu Hazm. Sebaliknya Ibnu Umar dari golongan sahabat, Imam Abu Hanifah dan Imam Malik menyatakan tidak ada salahnya (boleh) duduk di atas kubur.
Imam Nawawi berkata, “Merujuk ucapan Imam Syafi’i dalam kitab Al-Umm dan kebanyakan dari kawan-kawan sealiran, memakruhkannya. Maksud larangan (dalam hadis) itu adalah makruh, sebagaimana biasa terdapat dalam pengertian fukaha, bahkan banyak diantara mereka yang menyatakannya dengan tegas. Beliau juga berkata, ‘Demikian pula halnya pendapat jumhur ulama, termasuk didalamnya Nakh’i, Laits, Ahmad dan Abu Daud, makruh hukumnya bertelekan diatasnya dan bersandar padanya’ ”.
Dua hadis diatas ini bisa dijadikan dalil bahwa orang yang telah wafat layak untuk dihormati. Bila tidak demikian halnya maka tidak perlu adanya hadis yang memakruhkan untuk duduk diatas pusara kubur.
(Keterangan mengenai memakai sandal, duduk dan bersandar pada pusara dinukil dari kitab Fiqih Sunnah ,terjemahan, Sayid Sabiq jilid 4 cet.pertama th 1978 hal.153,159).
Wallahua'lam
Silahkan ikuti kajian berikutnya
Maak jouw eigen website met JouwWeb