Adab berziarah

Adab berziarah

Adab berziarah ke kuburan kaum Muslim yang diajarkan Rasulallah Saw, menghadapkan wajah ke kuburan, memberi salam dan berdoa. Akan tetapi, kelompok Wahabi-Salafi yang menjaga di sekitar makam Rasulallah Saw. sering membentak para peziarah agar waktu berdoa harus menghadap ke kiblat. Beberapa fatwa ulama berikut ini yang mengatakan waktu berdoa tidak harus menghadap kiblat:

 

**Ketika Imam Malik berada dalam masjid Nabawi, mendapat tegoran dari Khalifah Abu Jakfar Al-Manshur. Imam Malik menjawab: “Ya Amirul-Mukminin, janganlah anda bersuara keras didalam masjid ini. Allah Swt. telah mengajarkan tatakrama kepada umat ini dengan firman-Nya: ‘Janganlah kalian memperkeras suara kalian (dalam berbicara) melebihi suara Nabi. … sampai akhir ayat’ (QS. Al-Hujurat:2). Allah Swt. memuji sejumlah orang dengan firman-Nya: ‘Sesungguh- nya mereka yang melirihkan suaranya dihadapan Rasulallah….sampai akhir ayat’ (QS.Al-Hujurat:3). Begitu pula, Allah Swt. mencela sejumlah orang dengan firman-Nya: ‘Sesungguhnya orang-orang yang memanggil manggilmu dari luar kamar…sampai akhir ayat’’.(QS.Al-Hujurat:4).

 

Rasulallah Saw tetap mulia, baik selagi beliau masih hidup maupun setelah wafat. Mendengar jawaban itu Abu Jakfar terdiam, t kemudian bertanya, ‘Hai Abu Abdullah (nama panggilan Imam Malik), apakah harus menghadap kiblat saat berdoa di hadapan pusara Rasulallah Saw.?’

Imam Malik menjawab, “Mengapa anda memalingkan wajah dari beliau Saw., padahal beliau Saw. adalah wasilah (penghubung) anda dan wasilah bapak anda, Adam a.s. Hadapkanlah wajah anda kepada beliau Saw. dan mohonlah syafa’at beliau Saw. Beliau Saw. pasti akan memberi syafa’at kepada anda disisi Allah Swt., sebagaimana firmanNya (An-Nisa [4]:64),‘Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya (lalu segera) datang kepadamu (Muhamad Saw.), lalu memohon ampun kepada Allah dan Rasul pun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang’ (Lihat, Al-Qadhi Iyadh, Al-Ma‘ruf Bisy-Syifa Fit-Ta‘rif pada bab Ziarah)

 

**Ibnu Taimiyah dalam Iqtidaus-Shiratil Mustaqim hal. 397 menuturkan apa yang pernah diriwayatkan oleh Ibnu Wahab mengenai Imam Malik bin Anas: “Tiap saat ia (Imam Malik) mengucapkan salam kepada Nabi Saw. ia berdiri dan menghadapkan wajahnya ke arah pusara Nabi Saw., tidak kearah kiblat. Ia mendekat, mengucapkan salam dan berdoa. Tetapi tidak menyentuh pusara dengan tangannya.”

 

**Imam Nawawi didalam kitabnya yang berjudul Al-Idhah Fi Babiz-Ziyarah  mengetengahkan juga kisah itu. Demikian pula  dalam Al-Majmujilid VIII hal. 272. 

**Al-Khufaji dalam Syarhusy-Syifa menyebutkan, As-Sabki berkata, “Sahabat-sahabat kami menyatakan, adalah mustahab jika orang pada saat datang berziarah ke pusara Rasulallah Saw. menghadapkan wajah kepadanya (Rasul Saw.) dan membelakangi Kiblat. Kemudian, mengucapkan salam kepada beliau Saw. dan para ahlul bait, serta para sahabatnya. Lalu, mendatangi pusara dua orang sahabat Beliau Saw. (Abu Bakar dan Umar). Setelah itu, kembali ke tempat semula dan berdiri sambil berdoa”. (Syarhusy-Syifa, jilid III hal.398. Lihat pula Mafahim Yajibu An Tushahhah karya As-Sayid Muhamad bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani, seorang ulama di Tanah Suci, Makkah). 

 

Tidak ditemukan keterangan dari para ulama salaf yang mengharamkan dan memvonis bi’dah dhalalah berziarah sambil berdoa menghadap makam Rasul-allah Saw., kecuali mazhab Wahabi-Salafi. Lebih heran lagi, muthowik  di sekitar makam Rasulallah Saw. tidak berani melarang Raja Abdullah, Arab Saudi atau para pejabat tinggi Saudi, ketika ziarah disana, berdoa menghadap kemakam Beliau Saw. Mereka hanya berani melarang para penziarah selain mereka. Wallahua'lam

Silahkan ikuti kajian berikutnya

Maak jouw eigen website met JouwWeb