Syair-syair Abu Thalib

Syair-syair Abu Thalib

**Pada musim kekeringan di kota Mekkah, bangsa Quraisy mengeluh pada Abu Thalib dan berkata; 'Wahai Abu Thalib semua lembah sudah kering dan anak -anak kami mengalami kesulitan, mohonkanlah agar diturunkan hujan.' Abu Thalib keluar (menuju ke Ka'bah) bersama anak kecil (yakni Nabi shalllahu 'alaihiwasallam) yang wajahnya bercahaya laksana matahari terbit dilangit yang gelap. Kemudian Abu Thalib mengangkat badannya (Nabi shalllahu'alaihi wa sallam ) dan menempelkan punggung Nabi ke dinding Ka'bah, sedangkan langit waktu itu sangat cerah sekali, tidak lama datanglah awan hitam dari segala penjuru (turunlah hujan). Dengan derasnya air hujan seluruh lembah menjadi basah dan subur.

Dalam kejadian itu, Abu Thalib mengucapkan dalam syairnya; 'Sungguh bercahaya wajahnya sehingga awan menghampirinya...' (Irsyad as-Saari jild 3 hal.23-24 cet. darul kutb ilmiyyah, beirut; as-Sirah al-Halabiyah, jld 1 hal. 155 cet. 'amirah az zahira mesir;  Muchtasor tarikh ibnu 'asakir jld 2 hal. 161-162 cet. darul fikr damaskus dan lain-lain).

 

**Riwayat yang serupa diatas, sebagai berikut;

"Ketika Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam masih kecil, di saat hujan jarang turun, Abu Thalib membawanya ke Ka’bah. la berdiri sambil mengangkat Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam dengan punggung (Nabi shalllahu 'alaihi wasallam) menyentuh dinding Ka’bah. Dia, menjadikan Nabi sebagai perantara dalam doanya kepada Allah, untuk meminta hujan. Belum lagi selesai doa tersebut, awan hitam muncul di langit dan hujan turun dengan deras. Peristiwa ini, disebutkan dalam syair yang disusun oleh Abu Thalib untuk Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam;

'Tidakkah kalian lihat? Kami, mengetahui bahwa Muhamad adalah seorang Nabi, sebagaimana Musa. Dia telah diramalkan pada kitab-kitab sebelumnya. Wajahnya yang memancarkan cahaya merupakan perantara turunnya hujan. Dia adalah mata air bagi para yatim piatu dan pelindung para janda'”. (Syarah al-Bukhari, Qastalani, jilid 2, hal. 227; as-Sirah al-Halabiyah, jilid 1, hal. 125).

 

**Syair lain, yang membuktikan keimanan dan keislaman Abu Thalib adalah:

Untuk mengagungkannya, la memberi nama dari diri-Nya sendiri, seseorang yang Agung dinamakan Muhamad. Tiada keraguan bahwa Allah telah menunjuk Muhamad sebagai seorang Rasul. Karena itu, makna Ahmad adalah, pribadi yang paling agung diseluruh alam semesta”.(Dalail Nubuwah, Abu Nu’aim, jilid 1, hal. 6; Tarikh Ibnu Asakir, jilid 1, hal. 275; Syarh Ibnu al-Hadid, jilid 3, hal. 315; Tarikh Ibnu Katsir, jilid 1, hal. 266; Tarikh Khamis, jilid 1, hal. 254).

 

**Abu Thalib adalah seorang lelaki yang beragama kuat dan menyakini kebenaran Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam. la hidup selama 11 tahun dalam membantu kesulitan yang dihadapi Nabi Muhamad shalllahu'alaihi wa sallam.

 

Ketika Abu Thalib wafat, suku Quraisy membuat Rasulallah shalllahu'alaihi wa sallam lebih menderita. Ibnu Abbas meriwayatkan sebuah hadis; “Ketika seseorang dari suku Quraisy melempar kotoran ke kepala Nabi, beliau pulang ke rumah. Pada saat itu, Nabi-shalllahu'alaihiwasallam-bersabda, ‘Suku Quraisy tidak pernah memperlakukanku seperti ini, ketika Abu Thalib masih hidup, karena mereka adalah pengecut’!” (Tarikh at-Thabari, jilid 2, hal. 229; Tarikh Ibnu Asakir, jilid 1, hal. 284; Mustadrak Hakim, jilid, 2, hal. 622; Tarikh Ibnu Katsir, jilid 3, hal. 122; al-Faiq, Zamakhsyari, jilid 2, hal. 213; Tarikh al-Kharnis, jilid l, hal. 253; as-Sirah al-Halabiyah, jilid 1, hal. 375; Fathul Bari, jilid 7, hal. 153 dan 154; Sirah Ibnu Hisyam, jilid 2, hal. 58).

 

**Diriwayatkan pula, Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam berdiri di hadapan makam Abu Thalib dan berkata, “Engkau telah berlaku sangat baik kepada saudaramu. Semoga engkau mendapatkan balasan, wahai pamanku!” (Dalail Nubuwah, Baihaqi, jilid 2, hal.101; Ibid, jilid 2, hal. 103; Tarikh, Khatib Baghdadi, jilid 13, hal.196; Tarikh, Ibnu Katsir, jilid 3, hal. 125; al-Ishabah, jilid 4, ha1.116; Tadzkirat Sibt, hal. 2; Tarikh Yaqubi, jilid 2, hal. 26.).

Dan masih banyak lagi riwayat tentang keimanan Abu Thalib yang tidak tercantum di site ini.

 

Dari riwayat-riwayat yang telah di kemukakan, bagi orang yang mau berpikir, menunjukkan bahwa Abdul Muthalib adalah pengikut agama Nabi Ibrahim álaihis salaam yang saleh. Tidak layak jika kita gembar gembor, menuduh Abdul Muthalib, Abu Thalib dan orang tua Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam itu musyrik/kafir. Begitu pula, dari riwayat-riwayat tersebut menunjukan Nabi shalllahu'alaihi wa sallam adalah manusia tersuci, yang telah disiapkan kelahirannya dari rahim yang suci pula,yaitu Siti Aminah rhadiyallahuánha.

 

Komentar-komentar lain, mengenai Abu Thalib

Ada orang yang bertanya; ”Apakah Abu Thalib mengucapkan Tuhanku? Sepanjang yang saya baca, Abu Thalib sering menyebutkan, ‘Tuhannya Muhamad’ dan nampaknya ia beriman kepada Tuhan itu, tetapi ia tidak pernah mengatakan ‘Tuhanku’. Hal tersebut, berarti dia tidak pernah mengucapkan secara terang-terangan keyakinan kepada Islam”.

 

Jawabannya,;

“Menurut beberapa riwayat, beliau telah mengucapkan kalimat syahadat sejak awal mula Islam, tetapi tidak di hadapan khalayak. Bukti eksplisitnya tidak di temukan dalam sejarah, karena sejarah ditulis berdasarkan berita dari masyarakat, bukan dari seseorang. Akan tetapi, ada bukti implisit ,baik dalam sejarah maupun riwayat yang telah dikemukakan, memberi keyakinan bahwa beliau sudah lama beriman dan menjadi Muslim.

 

Satu hal saja, yang dapat dijadikan bukti ke islamannya, ia berkata kepada orang kafir, Aku bersumpah dengan Tuhannya Muhamad!  Apakah ada dalam sejarah, seorang yang kafir bersumpah dengan nama Tuhan yang tidak ia yakini dan bertolak belakang dengan keyakinannya? Ketika seseorang bersumpah, ia bersumpah demi sesuatu yang penting baginya. Bila tidak demikian halnya, akan membuat sumpahnya atau pernyataanya tidak akan dipercaya lagi oleh orang lain.

Orang Nasrani, ia akan bersumpah dengan menggunakan kitab Injil, bila selain Nasrani akan bersumpah dengan kitab sucinya masing-masing. Dengan sumpahnya ini, akan meyakinkan orang lain atau para hakim di pengadilan, yang bersangkutan dengannya.

 

Perhatikan, Suku Quraisy memiliki banyak tuhan pada saat itu (seperti Hubal dan Uzza). Mengapa Abu Thalib meninggalkan mereka semua dan bersumpah dengan Tuhan yang tidak ia yakini? Mungkin ada lagi yang berkata, Abu Thalib membela mati-matian kepada Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam, karena ke ponakannya sendiri. Abu Lahab juga paman Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam, tetapi dia tetap kafir dan memusuhi beliau shalllahu'alaihiwasallam !

 

Wallahua'lam

Silahkan kajian berikutnya.