Tidak mengerak-gerakkan jari telunjuk ketika Tasyahud

Tidak mengerak-gerakkan jari telunjuk ketika Tasyahud         

Kaum muslimin ,khususnya penganut mazhab Syafi’iyah, ketika mengucapkan Asyhadu an laa ilaaha illallah dalam duduk tasyahud/tahiyat mensunnahkan mengangkat jari telunjuknya bila telah sampai pada illallah, tidak mengerak-gerakkan jari telunjuknya dan tidak menurunkannya sampai mengucapkan salam. Hal tersebut, didasarkan beberapa hadis berikut ini:

**Hadis dari Jabir r.a.;

“Rasulallah shallallâhu‘alaihiwasallam bersabda seraya (ber-isyarat) dengan jari telunjuknya. Beliau mengangkatnya kelangit dan melemparkan (mengisyaratkan kebawah) ke manusia, ‘Allahumma isyhad, Allahumma isyhad (ya Allah saksikanlah)’. Beliau mengucapkannya tiga kali”. (sahih Muslim II: 890)

Telunjuk disebut juga syahid (saksi) sebab jika manusia mengucapkan syahadat, dia ber-isyarat dengan telunjuk tersebut. Nabi shallallâhu‘alaihiwasallam sendiri jika mengatakan “Asyhadu” atau “Allahumma isyhad” ber-isyarat dengan telunjuknya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Darimi I:314-315 dan Imam Baihaqi dalam kitab Ma’rifat As-Sunnah wal Al-Atsar III:51, hadis sahih.

 

**Dalam sunan Baihaqi II:133 disebutkan: “Rasulallah shallallâhu‘alaihi wasallam melakukan itu ketika men-tauhid-kan Tuhannya yang Mahamulia dan Mahaluhur”, yakni ketika menetapkan tauhid dengan kata illallah (hanya Allah) dalam syahadat. Imam Baihaqi (II:133) dengan sanad yang sama dari Khilaf bin Ima’ bin Ruhdhah Al-Ghiffari dengan redaksi, “Sesungguhnya Nabi Muhamad shallallâhu‘alaihiwasallam hanya menghendaki dengan (isyarat) itu adalah (ke) tauhidan (Meng-Esa-kan Allah subhaanahuuwata'aala).” Al-Hafidh Al-Haitsami mengatakan dalam Majmu Al-Zawaid II:140, “Hadis tersebut diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara panjang lebar..”

 

**Imam Al-Baihaqi dalam Syarh As-Sunnah III:177 mengatakan, “Yang dipilih oleh ahli ilmu dari kalangan sahabat, tabi’in dan orang-orang setelah mereka, berisyarat dengan jari telunjuk (tangan) kanan ketika mengucapkan tahlil (la ilaaha illallah) dan (mulai) mengisyaratkannya pada kata illallah…” Ini, berdasarkan hadis dari Abdullah bin Umar r.a.; “Dan (beliau shallallâhu‘alaihi wasallam) mengangkat jari tangan kanannya yang dekat ke ibu jari, lalu berdoa.” (HR. Imam Muslim dan Imam Baihaqi II:130, dan perawi lainnya). Doa yang dimaksud dalam hadis tersebut ialah membaca sholawat kepada Nabi shallallâhu‘alaihiwasallam dan doa-doa lainnya sebelum mengucapkan salam.

 

**Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar r.a, “Jika Rasulallah shallallâhu‘alaihi wasallam duduk dalam tasyahud, beliau meletakkan tangan kirinya diatas lututnya yang kiri dan meletakkan tangan kanannya pada lutut yang kanan, seraya membuat (angka) lima puluh tiga sambil berisyarat dengan telunjuknya" (Sahih Muslim I/408).

Yang dimaksud lima puluh tiga dalam hadis ini, menggenggam tiga jari (jari tengah, jari manis dan kelingking) itulah angka tiga. Sedangkan jari telunjuk dan ibu jari dijulurkan sehingga membentuk semacam lingkaran bundar yang mirip angka lima (angka bahasa arab), dengan demikian menjadilah semacam angka lima puluh tiga.

 

Dalam kitab yang sama, riwayat dari Ali bin Abdurrahman Al-Mu’awi mengatakan, “Abdullah bin Umar r.a. melihat aku bermain-main dengan kerikil dalam shalat. Setelah berpaling (selesai shalat), beliau melarangku seraya berkata, ‘Lakukan lah seperti apa yang dilakukan oleh Rasulallah, jika Rasul-allah shallallâhu‘alaihiwasallam duduk dalam shalat beliau meletakkan tangan kanannya pada paha kanannya seraya menggenggam semua jemarinya dan mengisyaratkan (menunjuk) jari yang dekat  ibu jarinya ke (arah) kiblat. Beliau, (shallallâhu‘alaihiwasallam) meletakkan tangan kirinya diatas paha kirinya.’”

 

Al-isyarah (mengisyaratkan) dalam hadis diatas, menunjukkan tidak adanya (perintah) menggerak-gerakkan (tahrik). Adapun penambahan kata ke kiblat dalam hadis itu, terdapat pada sahih Ibnu Hibban V:274; sahih Ibnu Khuzaimah I:356 dan lainnya].

 

**Diriwayatkan dari Numair Al-Khuzai ,seorang yang tsiqah dan salah seorang anak dari sahabat, “Aku melihat Rasulallah shallallâhu‘alaihiwasallam meletakkan dzira’nya [lengan tangan dari siku sampai keujung jari] yang kanan diatas paha kanan sambil mengangkat jari telunjuknya dan membengkokkan- nya [sedikit]”. (HR.Ahmad III:471; Abu Dawud I:260; Nasa’i III:39; Ibnu Khuzaimah dalam sahih-nya I:354 dan pensahihannya itu ditetapkan pula oleh Ibnu Hajar dalam Al-Ishabah no.8807; Ibnu Hibban dalam As-Sahih V:273; Imam Baihaqi dalam As-Sunan Al-Kubra II:131 serta perawi lainnya).

 

**Diriwayatkan dari Ibnu Zubair, “Rasulallah shallallâhu‘alaihiwasallam berisyarat dengan telunjuk dan tidak menggerak-gerakkannya, pandangan beliau tidak melampaui isyaratnya itu” (HR. Ahmad, Abu Dawud, An-Nasa’i dan Ibnu Hibban). Hadis ini sahih, sebagaimana diterangkan oleh Imam Nawawi dalam Al-Majmu’ jilid III: 454 dan oleh sayid Umar Barokat dalam Faidhul Ilaahil Maalik jilid 1:125. 

 

**Diriwayatkan pula dari Abdullah bin Zubair r.a. 'Rasulallah shallallâhu‘alaihi wasallam berisyarat dengan jarinya (jari telunjuknya) jika berdoa dan tidak menggerak-gerakkanya' (HR.Abu Awanah  dalam sahihnya II:226; Abu Dawud I:260; Imam Nasa’i III:38;  Baihaqi II:132; Baihaqi dalam syarh As-Sunnah III:178 dengan isnad sahih). 

 

Berdasarkan hadis-hadis sahih tersebut disimpulkan, waktu untuk mengangkt mengisyaratkan (jari) telunjuk, ketika mengucapkan kalimat syahadat yakni Asyhadu an laa ilaaha illallah dan tidak menurunkannya sampai mengucapkan salam.

Para ulama berikut ini, telah melakukan ijtihad dimana tempat yang tepat untuk mengangkat telunjuk pada kalimat syahadat itu. Apakah sejak dimulainy tasyahhud atau ditengah-tengahnya, karena di dalam hadis-hadis tersebut tidak ditentukan tempatnya yang tepat. 

Menurut mazhab Syafi’i, tempat mengangkat telunjuk itu sebaiknya apabila telah sampai pada hamzah illallah, sebagaimana yang tersebut dalam kitab Zubad karangan Ibnu Ruslan: “Ketika sampai pada illallah maka angkatlah jari telunjukmu untuk mentauhidkan zat yang engkau sembah”. 

 

Menurut mazhab Hanafi, mengangkat telunjuk itu adalah ketika mengucapkan Laa ilaaha dan meletakkan telunjuk ketika illallah. Menurut pendapat ini, mengangkat telunjuk adalah sebagai isyarat kepada penafian uluhiyah (ketuhanan) selain Allah, sedangkan ketika meletakkan telunjuk adalah sebagai isyarat kepada penetapan uluhiyah hanya untuk Allah semata.

 

Menurut mazhab Hanbali, mengangkat telunjuk itu adalah di setiap menyebut lafdhul jalalah pada tasyahud dan doa sesudah tasyahud.

Wallahua'lam

Silahkan ikuti kajian berikutnya

 

Maak jouw eigen website met JouwWeb