Sanggahan Imam Tirmidzi mengenai hadis Safinah

Sanggahan Imam Tirmidzi mengenai hadis Safinah

Hadis yang menyatakan, ‘ahlul baitku adalah keselamatan bagi umatku’, mengundang perhatian beberapa ulama. Salah satunya adalah,  Imam Tirmidzi.

Dalam kitabnya Nawadirul-Ushul, Imam Tirmidzi menerangkan: "Ahlul-bait Rasulallah-shalllahu'alaihiwasallam-yang dimaksud dalam hadis tersebut, 'Orang-orang yang meneruskan jalan hidup Rasulallah setelah beliau-shalllahu 'alaihi wa sallam-wafat. Mereka, adalah orang-orang shiddiq, orang-orang abdal (keramat)', sebagaimana yang di riwayatkan oleh Imam Ali bin Abi Thalib k.w. dengan ucapannya, ‘Akan muncul orang-orang abdal (keramat) di Syam.

 

Mereka, berjumlah empat puluh orang. Tiap ada seorang dari mereka wafat, Allah mengganti kedudukannya dengan orang lain. Karena abdal (kekeramatan) mereka, Allah menurunkan hujan, karena kekeramatan mereka, Allah memenangkan mereka atas musuh musuhnya, dan karena kekeramatan mereka, Allah menyelematkan  penghuni bumi dari malapetaka..' Mereka itu lah, ahlul-bait Rasulallah-shalllahu'alaihiwasallam-yang menjadi sebab ke selamatan umat ini. Bila, mereka itu lenyap, rusaklah bumi ini dan hancurlah dunia. 

 

Selanjutnya Imam Tirmidzi mengatakan:

Pengertian mengenai ahlul-bait tidak bisa didasarkan pada makna hadis yang berbunyi, 'Manakala ahlulbaitku lenyap, datanglah kepada umatku apa (bencana) yang dijanjikan.' Bagaimana dapat di bayangkan, kalau Ahlul Bait sudah tidak ada lagi, tidak akan ada seorangpun dari umat Muhamad shalllahu'alaihiwa sallam yang masih tinggal? Jumlah umat Muhamad, jauh lebih banyak daripada Ahlul Bait yang dapat dihitung, dan Allah Taáala senantiasa melindungi mereka (umat Muhamad) dengan berkah dan rahmat-Nya.

 

Pengertian mengenai Ahlul Bait, juga tidak dapat di dasarkan pada hadis yang berbunyi, ‘Semua sebab dan nasab akan terputus kecuali sebabku dan nasabku.' Menurut hadis tersebut, Ahlul Bait Rasulallah-shalllahu'alaihiwasallam- ialah nasab beliau, yakni Bani Hasyim dan Bani Abdul Mutthalib. Akan tetapi, mereka bukan merupakan sebab bagi keselamatan umat Islam, sehingga orang boleh berkata, 'Kalau mereka lenyap akan lenyap pula dunia ini!' Dikalangan mereka pun, terdapat keburukan (fasad) seperti yang terdapat pada golongan lain.

 

Di antara mereka ada yang baik (muhsin), dan ada pula yang buruk (musi’). Lalu, bagaimana dapat di katakan, mereka itu merupakan sebab bagi keselamatan penghuni bumi? Jadi jelaslah, yang dimaksud (ucapan) Rasulallah-shalllahu 'alaihi wa sallam-ialah: orang-orang yang karena mereka itu, dunia ini tetap lestari. Mereka itulah lambang kehidupan dan para pembimbing manusia kejalan hidayat pada setiap zaman. Tanpa mereka tak ada kehormatan apa pun dimuka bumi dan bencana akan merajalela…

 

Imam Tirmidzi melanjutkan:

Kalau ada yang mengatakan, kemuliaan Ahlul Bait dan dekatnya hubungan mereka dengan Rasul-shalllahu'alaihiwasallam-itu yang membuat mereka menjadi sebab keselamatan bagi penghuni bumi, orang lain tentu dapat menjawab, 'Kehormatan dan kemuliaan Rasulallah-shalllahu'alaihiwasallam-jauh lebih agung!' Di bumi ini, ada sesuatu yang lebih mulia dan lebih agung dibandingkan dengan keturunan Rasulallah-shalllahu'alaihiwasallam-yaitu Kitabullah (Al-Quran), walau tidak disebut dalam hadis di atas tadi. Selain itu, kehormatan dan kemuliaan ada juga pada para ahli takwa.   

 

Kehormatan, kebesaran dan keagungan Rasulallah-shalllahu'alaihiwasallam- adalah berkat kenabian dan kemuliaan yang dilimpahkan Allah kepada beliau-shalllahu'alaihiwasallam-. Sebagai dalil mengenai hal itu, dapat dikemukakan sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Pada suatu hari Rasulallah -shalllahu'alaihiwasallam-mendatangi (Siti) Fathimah.

Di tempat kediaman (Siti) Fathimah terdapat Shafiyah (bibi Rasulallah). Beliau -shalllahu'alaihiwasallam-kemudian bersabda, 'Hai Bani Abdu Manaf, Hai Bani Abdul Mutthalib, Hai Fathimah binti Muhamad, Hai Shafiyah bibi Rasulallah. Di hadirat Allah, aku tidak bermanfaat bagi kalian. Mintalah berapa saja dari hartaku yang kalian inginkan. Ketahuilah, orang yang terbaik bagiku pada hari kiamat, mereka yang bertakwa. Jika kalian hanya mengandalkan kekerabatan kalian denganku, di saat orang lain datang kepadaku membawa amal kebajikan, lalu, kalian datang kepadaku hanya membawa keduniaan di leher kalian. Kemudian memanggil-manggil ,Hai Muhamad, aku menjawab dengan memalingkan wajahku dari kalian.

 

Kalian lalu memanggil lagi, Hai Muhamad. Aku pun menjawab begitu lagi. Kemudian kalian berkata, Hai Muhamad, Aku ini si Fulan bin Fulan. Aku menjawab, Tentang nasab kalian, aku memang kenal, tetapi tentang amal kebajikan kalian aku tidak tahu. Kalian telah meninggalkan kitabullah, karena itu kalian kembali kepada kekerabatan (yang kalian andalkan) antara aku dan kalian. Di antara kalian, orang-orang yang memperoleh perlindunganku, bukan lah mereka yang berkata, ayahku si Fulan, tetapi, di antara kalian yang memperoleh perlindunganku, ialah mereka yang bertakwa siapapun mereka itu dan bagaimanapun keadaan mereka’”.

Demikianlah pendapat Imam Turmudzi. 

Wallahua'lam

Silahkan ikuti kajian berikut  jawaban para ulama terhadap pendapat Turmudzi

Maak jouw eigen website met JouwWeb