Tauhid dan syirik versi mazhab wahabi salafi

Tauhid dan Syirik versi Wahabi-Salafi

Kelompok Wahabi-Salafi, sering lebih mengutamakan metode tafsir tekstual/ dhohir teks dan cenderung mengharamkan takwil, mengutamakan makna literal dan meniadakan makna majazi atau kiasan. Pilihan metode tafsir seperti ini, sering membawa golongan ini terjerumus kepada penjasmanian (tajsim) dan penyerupaan (tasybih) Allah jallajalaaluh kepada makhluk-Nya. Pada kenyataannya terdapat ayat al-Qur’an yang mempunyai arti harfiah dan ada juga yang mempunyai arti majazi atau kiasan, yang mana kata-kata Allah jallajalaaluh harus diartikan sesuai dengan ke Mahasucian dan ke Maha agungan-Nya..

 

Pilihan metode tafsir literal ini, sering juga membawa konsekuensi kalangan Wahabi amat mudah membid‘ahkan dan mensyirikkan kalangan lain. Mereka yang biasa melakukan tawasul (berdoa pada Allah sambil menyertakan nama Rasulallah atau para wali dalam doa), tabaruk (memohon berkah), permohonan syafaat pada Rasulallah shallahu'alaihiwasallamdan, para wali Allah, adalah kelompok yang sering dituduh sebagai musyrik oleh kalangan Wahabi-Salafi.

 

Kelompok ini, juga melarang orang berkumpul untuk mengadakan peringatan-peringatan yang berkaitan dengan sejarah Islam, seperti maulid Nabi Saw., Isra’-Mi’raj dan sebagainya, melarang majlis zikir seperti istighatsah, tahlil/ yasinan. Mereka pun dengan gigih melarang ziarah kubur, dan mengharamkan taklid kepada imam mazhab tertentu.

Sikap dan pandangan kelompok ini secara historis mirip dengan golongan al-Hasyawiyah. Sebuah kelompok yang berkembang pada masa awal zaman Islam yang terkenal sebagai penganjur tafsir literal.

 

Ahmad bin Yahya al-Yamani (w. 840H/ 1437M) mencatatkan, bahwa nama al-Hasyawiyah merujuk pada kelompok yang meriwayatkan hadis-hadis sisipan yang sengaja dimasukkan oleh golongan al-Zanadiqah,  sebagaimana sabda Nabi shallahu'alaihiwasallam, dan mereka menerimanya tanpa melakukan interpretasi. Kelompok ini juga mengklaim diri sebagai ashabul-hadis dan ahlus sunnah wal jama‘ah. Salah satu ciri terkuatnya adalah, kepercayaannya pada konsep pemaksaan (Allah berhubungan dengan perbuatan manusia) dan tasybih (bahwa wujud Allah adalah seperti makhluk-Nya), mempercayai bahwa Allah mempunyai bentuk, jasad dan anggota tubuh.

 

Al-Syahrastani (w.548H/1153M) menulis, terdapat sebuah kelompok ashabul-hadis, yang dikenal sebagai al-Hasyawiyyah, yang dengan jelas menunjukkan kepercayaan mereka tentang tasybih (yaitu Allah serupa makhluk-Nya, baca uraian selanjutnya mengenai tajsim/tasybih)...sehingga mereka sanggup mengatakan bahwa pada suatu ketika, kedua mata Allah menampakkan kesedihan, lalu para malaikat datang menemui-Nya, dan Dia (Allah) menangisi (kesedihan)–yang mengakibatkan banjir Nabi Nuh a.s.–sehingga mata-Nya menjadi merah, dan Arasy meratap hiba seperti suara pelana baru dan bahwa Dia melampaui Arasy dalam keadaan melebihi empat jari di segenap sudut. [Al-Syahrastani, al-Milal wa al-Nihal, h.141.]   

 

Dari segi kebiasaannya mengkafirkan kelompok Muslim lain, kelompok ini mirip dan seakan-akan menjiplak kaum Khawarij. Sebuah sekte yang dalam sejarah Islam sebagai kelompok yang bertanggung jawab atas pembunuhan khalifah Ali k.w. Kaum khawarij sedemikian mudah mengkafirkan, mensyirikkan, menyesatkan sesama kaum Muslim dengan alasan, kelompok itu tidak sependapat dengan fahamnya.

Kaum khawarij ini, dengan penuh konfrontatif mengkafirkan Amirul Mukminin Sayidina Ali bin Abi Thalib k.w. dan para sahabat Nabi shallahu'alaihiwasallam yang mendukungnya. Menghalalkan pembunuhan, perampasan harta kaum muslimin yang tidak serumpun,  segolongan atau semazhab dengan mereka. Sikap dan tindakan kaum khawarij, jelas mencerminkan penyelewengan akidah mereka, dan semua ulama ahlus sunnah menetapkan sebagai ahlul bid’ah dan dhalalah (sesat) berdasarkan dzawahirin-nash (makna harfiah nash).

 

Ibnu Mardawih mengetengahkan sebuah riwayat berasal dari Mas’ab bin Sa’ad yang menuturkan sebagai berikut: “Pernah terjadi peristiwa, seorang dari kaum Khawarij menatap wajah Sa’ad bin Abi Waqqash (ayah Mas’ab) r.a. Beberapa saat kemudian orang Khawarij itu dengan galak berkata: ‘Inilah dia, salah seorang pemimpin kaum kafir’! Dengan sikap siaga Sa’ad menjawab; ‘Engkau bohong! Justru aku telah memerangi para pemimpin kaum kafir‘.

Orang khawarij yang lain berkata: ‘Engkau inilah termasuk orang-orang yang paling merugi amal perbuatannya‘! Sa’ad menjawab: ‘Engkau bohong juga! Mereka itu adalah orang-orang yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah, Tuhan mereka mengingkari perjumpaan dengan-Nya’! (yakni tidak percaya bahwa pada hari kiamat kelak akan di hadapkan kepada Allah jallajalaaluh). Riwayat ini dikemukakan juga oleh Al-Hafidz didalam Al-Fath.

 

Imam Thabrani meriwayatkan dalam kitab Al-Kabir dan Al-Ausath bahwa Umarah bin Qardh mendengar suara azan lalu hendak menunaikan sholat berjamaah disana. Dia terkejut ketika tiba disana, ternyata berada ditengah kaum Khawarij sekte Azariqah. Mereka menegurnya: ‘Hai musuh Allah, apa maksudmu datang kemari’?! Umarah menjawab dengan tegas: ‘Kalian bukan kawan-kawanku’ ! Mereka menyahut: ‘Ya, engkau memang kawan setan dan engkau harus kami bunuh’.  Umarah berkata; ‘ Apakah engkau tidak senang melihatku seperti ketika Rasulallah Saw. dahulu melihatku’?

 

Mereka bertanya: ‘Apa yang menyenangkan beliau darimu’? ‘Umarah menjawab: ‘Aku datang kepada beliau Saw. sebagai orang kafir, lalu aku mengikrarkan kesaksianku, bahwa tiada tuhan selain Allah dan beliau Saw. adalah benar-benar utusan Allah. Beliau shallahu'alaihiwasallam kemudian membiarkan aku pergi’. Akan tetapi sekte Azariqah tidak puas dengan jawaban Umarah seperti itu. Ia lalu diseret dan dibunuh”.  Peristiwa ini, dimuat juga dari sumber-sumber yang dapat dipercaya.

 

Tercatat dalam sejarah, kaum Wahabi-Salafi hendak menghancurkan Qubbatul Khadra (kubah hijau) tempat Nabi Muhamad Saw. dimakamkan. Mereka juga berupaya menggeser maqam Ibrahim. Bangunan itu ingin dibongkar karena khawatir dijadikan tempat keramat. Sebelumnya, kaum Wahabi-Salafi sudah menggusur rumah Rasulallah Saw. di Makkah dengan alasan yang sama. Padahal, di situlah Rasulallah Saw. berulang-ulang menerima wahyu. Di tempat itu juga putra-putrinya dilahir- kan serta Sayidah Khadijah wafat. Kelompok ini berpandangan bahwa mengonservasi situs-situs sejarah itu bisa mengarah kepada pemujaan berhala baru.

 

Pengaruh mazhab Wahabi-Salafi di Arab Saudi memang sedemikian kental. Dr. Sami bin Muhsin Angawi, seorang arsitektur Muslim menyatakan bahwa beberapa bangunan dari era Islam klasik terancam dimusnahkan oleh kaum Wahabi-Salafi. Pada lokasi bangunan berumur 1400 tahun itu akan dibangun jalan menuju menara tinggi yang menjadi tujuan ziarah jamaah haji dan umrah. Bagian lokasi dan bangunan bersejarah akan segera diratakan untuk dibangun tempat parkir. Angawi menyebut setidaknya 300 bangunan bersejarah di Makkah dan Madinah sudah dimusnahkan selama 50 tahun terakhir. Bahkan, sebagian besar bangunan bersejarah Islam telah punah semenjak Arab Saudi berdiri pada tahun 1932.

 

Hal itu berhubungan dengan maklumat yang dikeluarkan Dewan Keagamaan Senior Kerajaan pada tahun 1994. Dalam maklumat tersebut tertulis: “Pelestarian bangunan-bangunan bersejarah berpotensi menggiring umat Muslim pada penyembahan berhala.” Nasib situs bersejarah Islam di Arab Saudi memang sangat menyedihkan. Mereka banyak menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam sejak masa Rasulallah Saw. Semua jejak jerih payah Rasulallah itu habis oleh modernisasi ala Wahabi.

 

Namun anehnya, mereka malah mendatangkan para arkeolog (ahli purbakala) dengan biaya ratusan juta dollar untuk menggali peninggalan-peninggalan sebelum Islam, baik yang dari kaum jahiliyah maupun sebelumnya, dengan dalih obyek wisata. Kemudian dengan bangga mereka menunjukkan bahwa zaman pra Islam telah menunjukkan kemajuan yang luar biasa. Tidak diragukan lagi, ini merupakan pelenyapan bukti sejarah yang akan menimbulkan suatu keraguan di kemudian hari. Dr. Sami bin Muhsin Angawi mengungkapkan fakta itu lewat video wawancara yang tersebar di Youtube.

 

Dalam video berdurasi 8:23 menit itu, ia mengungkapkan bahwa ia telah melakukan penelitian selama bertahun-tahun untuk mencari situs rumah Baginda Nabi Saw. Setelah berhasil, ia menyerahkan hasil penelitiannya kepada pihak berwenang. Respon pihak berwenang Arab Saudi ternyata jauh dari perkiraan pakar yang memiliki gelar Doktor arsitektur di London itu. Bukannya dijaga untuk dijadikan aset purbakala, situs temuannya malah mereka hancurkan.

 

Kaum Wahabi-Salafi juga tidak konsisten. Satu sisi mereka berupaya serius dan sistematis membumihanguskan situs sejarah Rasulallah shallahu'alaihi wasallam.

Mereka merobohkan peninggalan rumah baginda Nabi shallahu'alaihiwasallam dan mengubah tempat yang berkah itu menjadi WC umum. Mereka pun mengharamkan pelestarian segala bentuk peninggalan baginda Nabi shallahu 'alaihiwasallam. Tetapi, di sisi lain mereka malah mendirikan sebuah bangunan besar dan mentereng untuk mengabadikan sosok Syaikh Muhamad bin Saleh al-Utsaimin, salah seorang tokoh pentolan mereka.

 

Bangunan berdisain mirip buku itu dibubuhi tulisan “Yayasan Syaikh Muhamad bin Saleh al-Utsaimin.” Di dalam gedung mewah ini, terdapat benda-benda peninggalan Syaikh al-Utsaimin, seperti kaca mata, arloji dan pena. Benda-benda itu diletakkan pada etalase kaca dan masing-masing diberi keterangan semisal, “Pena terakhir yang dipakai Syaikh al-Utsaimin”.

 

Jauh sebelum itu, kaum Wahabi juga telah merobohkan masjid-masjid bersejarah, di antaranya Masjid Hudaybiyah (tempat Syajarah ar-Ridhwan), Masjid Salman Al-Farisi dan masjid di samping makam pamanda Nabi, Sayidina Hamzah bin Abdal Muttalib. Pada tanggal 13 Agustus 2002. Mereka pun membumi-hanguskan masjid cucu Nabi Saw, imam Ali Uraidhi dengan menggunakan dinamit dan membongkar makam beliau r.a.

 

Al-Allamah Syeikh Thahir Asy-Syafi'i, dalam kitabnya Al-Intisharu Lil Auliya Al-Abrar–yang menolak faham wahabi-salafi–mengatakan, “Adapun yang dinukil sebagian ulama yang  mengatakan, ‘dia (Muhamad bin Abdul Wahab) adalah semata-mata meluruskan perbuatan orang-orang Najd, berupa anjuran terhadap orang-orang Badui untuk menunaikan shalat jamaah, meninggalkan perkara-perkara keji dan merampok ditengah jalan, serta menyeru kemurnian tauhid’, semua itu tidak benar.

 

Di antara kekejaman dan kejahilan kaum wahabi/salafi adalah meruntuhkan kubah-kubah di atas makam para sahabat Nabi shallahu'alaihiwasallam yang berada di Ma'la (Makkah ), di Baqi' dan Uhud (Madinah). Semuanya di runtuhkan, diratakan dengan mengunakan dinamit penghancur. Demikian juga kubah di atas tanah tempat Nabi shallahu'alaihiwasallam dilahirkan ,di Suq al-Leil, diratakan dengan menggunakan dinamit dan dijadikan tempat parkir onta.

Karena gencarnya desakan kaum muslimin international kemudian dibangunkan lagi perpustakaan. Kaum wahabi, benar-benar golongan paling jahil di atas muka bumi ini. Tidak pernah menghargai peninggalan sejarah dan menghormati nilai-nilai luhur Islam.”

 

Al-Alamah Sayid Alwi bin Ahmad bin Hasan bin As-Sayid Abdullah Al-Haddad Ba’Alawi, dalam kitabnya Jalaa' uzh zhalaam firrarrdil Ladziiadhallal 'awaam–yang menolak faham wahabi– menyebutkan sejumlah hadis, diantaranya, hadis yang diriwayatkan oleh Abbas bin Abdul Muthalib r.a: "Akan keluar di abad ke- 12H nanti (Muhamad bin Abdul Wahab lahir 1115–H tepat abad 12H ) dilembah Bani Hanifah, seorang lelaki tingkahnya seperti pemberontak, senantiasa menjilat (kepada penguasa Sa'ud) dan menjatuhkan dalam kesusahan. Pada zaman kehidupannya, banyak kacau-balau, menghalalkan harta manusia yang diambil untuk berdagang, menghalalkan darah manusia, dibunuhnya manusia untuk kesombongan dan ini semua adalah fitnah, di dalamnya orang-orang yang hina dan rendah menjadi mulia (yaitu para petualang & penyamun digurun pasir), hawa nafsu mereka saling berlomba tidak ubahnya seperti berlombanya (maaf) anjing dengan pemiliknya".

 

As-Sayid Alwi dikitab yang sama menyebutkan, orang yang tertipu ini tiada lain ialah Muhamad bin Abdul Wahab dari Tamim. Karena itu, hadis tersebut mengandung suatu pengertian bahwa (Muhamad) Ibnu Abdul Wahab adalah orang yang datang dari ujung Tamim, dialah yang diterangkan hadis Nabi shallahu'alaihiwasallam, yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Abu Said Al-Khudri r.a bahwa Nabi shallahu'alaihiwasallam bersabda:

"Sesungguhnya diujung negeri ini ada kelompok kaum yang membaca Al-Quran, namun tidak sampai melewati kerongkongan mereka. Mereka keluar dari agama seperti anak panah keluar dari busurnya, mereka membunuh pemeluk Islam dan mengundang berhala-berhala, seandainya aku  menjumpai mereka, tentulah aku akan membunuh mereka seperti di bunuhnya kaum 'Ad".

 

Dalam kitab Misykatul Mashabih disebutkan sebuah hadis: "Di akhir zaman nanti, akan ada suatu kaum yang akan membicarakan kamu tentang apa-apa yang belum pernah kamu mendengarnya, begitu pula (belum pernah) bapak-bapak kamu (mendengarnya), berhati-hatilah jangan sampai menyesatkan dan menfitnahmu". Allah Swt. telah menurunkan ayat Al-Quran berkaitan dengan Bani Tamim,(Muhamad bin Abdul Wahab ,termasuk bani Tamim, bin Sulaiman bin Ali bin Muhamad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif at-Tamimi), 'Sesungguhnya orang-orang yang memanggil kamu dari luar kamar (mu), ke banyakan mereka tidak mengerti' ". (QS . Al-Hujurat [49]:4). (Imam Muhammad Ibnu Ahmad Ibnu Juzay, al-Tashil [Beirut,1403] hal.702; Ibnu Hazm, Jamharat ansab al-Arab [Cairo,1382], 208, in the chapter on Tamim).

 

Sayid Alwi Al-Haddad melanjutkan,"Sebenarnya ayat yang diturunkan dalam kasus Bani Hanifah dan mencela Bani Tamim dan Wa'l itu banyak sekali, akan tetapi cukuplah sebagai bukti buat anda, kebanyakan orang-orang Khawarij itu dari mereka, demikian pula Muhamad bin Abdul Wahab dan tokoh pemecah belah umat, Abdul Aziz bin Muhamad bin Sa'ud adalah dari (suku) mereka".