Hadiah pahala selain dari bacaan Al-Quran

Hadiah pahala selain dari bacaan Al-Quran

**Abu Hurairah r.a. berkata, “Seorang laki-laki bertanya pada Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam, ‘Ayah saya wafat dan ada meninggalkan harta serta tidak memberi wasiat. Apakah dapat menghapus dosanya bila saya sedekahkan? Nabi shalllahu'alaihiwasallam menjawab, ‘Dapat!’”(HR Ahmad dan Muslim).

 

**Hadis dari Aisyah r.a. berkata, “Seorang lelaki datang kepada Nabi shalllahu 'alaihi wasallam dan berkata, ‘Ibuku telah wafat mendadak dan tidak berwasiat dan saya kira sekiranya ia sempat bicara pasti akan bersedekah, apakah ada pahala baginya jika Aku bersedekah untuknya?’ Jawab Nabi shalllahu'alaihi wasallam, Ya.’’’ (HR. Bukhari, Sahih Muslim jilid 11 hal. 83-84 dan Nasa’i).

 

**Imam Nawawi dalam Syarah Muslim jilid 11 hal.84 mengatakan, “Dalam hadis ini, dinyatakan boleh bersedekah menggantikan orang yang telah wafat, bahkan dianjurkan. Dan pahala sedekah sampai kepada mayat dan beruntung pula orang yang bersedekah. Hal ini sebagai ijmak umat islam.”

Memperhatikan perkataan Imam Nawawi ini–yang sudah dikenal ilmu dan pribadinya–maka orang yang mengatakan tidak ada hadiah pahala, menyalahi ijmak umat islam.

 

**Hadis dari Sa’ad Ibnu Ubadah r.a. yang pernah berkata, “Wahai Rasulallah, sesungguhnya Ummu Sa’ad telah wafat, kiranya sedekah apa yang lebih utama untuknya? Sabda beliau shalllahu'alaihiwasallam, ‘Air’. Maka Sa’ad menggali sebuah sumur, kemudian berkata, ‘Sumur ini aku sedekahkan untuk Ummu Sa’ad.’” (HR Abu Dawud, Ahmad dan Nasa’i).

 

**Dari Ibnu Abbas r.a., dia berkata, “Ibu Sa’ad bin Ubadah wafat disaat dia (Sa’ad) sedang tidak ada ditempat. Berkatalah ia, ‘Wahai Rasulallah, sesungguh -nya ibuku telah wafat disaat aku sedang tidak ada di sisinya, apakah ada sesuatu yang bermanfaat untuknya jika aku sedekahkan’? Nabi shalllahu'alaihi wasallam menjawab, ‘Ya!’ Berkata Sa’ad bin Ubadah, ‘Saya persaksikan kepadamu (wahai Rasulallah), kebun kurma saya yang sedang berbuah itu sebagai sedekah untuknya.’” (HR Bukhari, Tirmidzi dalam sahih-nya jilid 3 hal.175  dan Nasa’i).

 

Puasa dan shalat

**Aisyah r.a. meriwayatkan, Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam bersabda, “Barangsiapa yang wafat  dan mempunyai kewajiban shaum (puasa) maka walinya berpuasa untuknya”. (HR. Bukhari, Muslim [syarah Muslim jilid VIII hal.23], Abu Daud dan Nasa’i).

 

**Ibnu Abbas meriwayatkan, “Seorang lelaki datang menemui Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam ia berkata, ‘Ya Rasulallah ibuku telah wafat, sedang ia mempunyai kewajiban berpuasa selama sebulan. Apakah saya wajib qadha atas namanya?’  Nabi shalllahu'alaihiwasallam menjawab, ‘Bagaimana jika ibumu mempunyai hutang, apakah akan kamu bayarkan untuknya?’ ‘Benar’ jawabnya. Nabi shalllahu'alaihi wasallam bersabda, ‘Hutang kepada Allah lebih layak untuk dibayar!’” (HR. Bukhari dan Muslim).

 

**Imam Daruquthni meriwayatkan sebuah hadis, “Bahwa seorang laki-laki berkata, ‘Ya Rasulallah, saya mempunyai ibu dan bapak yang selagi mereka hidup saya berbakti kepadanya. Bagaimana caranya saya berbakti kepada mereka setelah mereka wafat?’ Jawab Nabi shalllahu'alaihiwasallam, ‘Berbakti setelah mereka wafat caranya adalah dengan melakukan shalat untuk mereka disamping shalatmu dan berpuasa untuk mereka disamping puasamu!’”.

 

Hadiah pahala ibadah haji

Ibnu Abbas meriwayatkan, “Seorang wanita dari Juhainnah datang kepada Nabi shalllahu'alaihiwasallam dan bertanya, ‘Sesungguhnya ibuku nazar untuk haji, namun belum terlaksana sampai ia wafat, apakah saya melakukan haji untuknya’? Nabi shalllahu'alaihiwasallam menjawab, ‘Ya, bagaimana pendapat engkau kalau ibumu mempunyai hutang, apakah kamu membayarnya? Bayarlah hutang Allah, karena hutang Allah lebih berhak untuk dibayar’“. (HR Bukhari dan lainnya, [fathul Bari jilid IV hal. 437] )  

 

Hadiah pahala kurban

**Hadis dari Anas bin Malik r.a. mengenai hadiah pahala Qurban, “Ali k.w. berkorban dengan dua ekor kambing kibas. Yang satu (pahalanya) untuk Nabi Muhamad shalllahu'alaihiwasallam, yang kedua (pahalanya) untuk beliau sendiri. Ditanyakanlah hal itu kepadanya (Ali k.w.) dan beliau menjawab, ‘Nabi shalllahu'alaihiwasallam memerintahkan saya untuk melakukan hal demikian, saya selalu melakukan dan tidak meninggalkannya‘”.(hadis sahih riwayat Turmuzi jilid VI hal. 219).

 

**Aisyah r.a. mengatakan bahwa Rasul shalllahu'alaihiwasallam menyuruh di datangkan seekor kibas untuk di korbankan. Setelah didatangkan, beliau shalllahu 'alaihi wasallam berdoa,

             بِسْمِ اللهِ اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّدٍ وَآلِ مُحَمَّدٍ وَمِنْ اُمَّةِ مُحَمَّدٍ ثُمَّ ضَحَّى بِهِ  

Artinya: “Dengan nama Allah. Ya, Allah terimalah (pahala korban ini) dari Muhamad, keluarga Muhamad dan dari umat Muhamad. Kemudian (Nabi shalllahu 'alaihiwasallam) menyembelihnya.” (HR.Sahih Muslim jilid XIII hal.122).

 

**Dalam kitab Bariqatul Muhamadiyah jilid II, halaman 99 cet. Mustafa Babil Halabi, pengarangnya memberi komentar tentang hadis terakhir diatas sebagai berikut, “Nabi Muhamad memberikan pahalanya kepada umat beliau. Ini berarti, pelajaran dari Nabi bahwa amalan orang lain bisa memberi manfaat kepada orang lain. Mengikut ajaran dan petunjuk Nabi shalllahu'alaihiwasallam ini, berpegang dengan tali yang teguh”.

 

**Hadis yang serupa diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Abu Dawud dan Turmudzi dari Jabir r.a. yang menerangkan bahwa ia pernah shalat Iedul Adha bersama Rasulallah shalllahu'alaihiwasallam, setelah selesai shalat beliau di berikan seekor domba lalu beliau menyembelihnya seraya mengucapkan:  “Dengan nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah, kurban ini untukku dan untuk umatku yang belum melakukan kurban”.

 

**Komentar Imam Nawawi dalam syarah Muslim jilid 8/187, ‘Diperoleh dalil dari hadis ini, seseorang boleh berkorban untuk dirinya dan untuk segenap keluarganya, serta menyatukan mereka bersama dirinya dalam hal pahala. Inilah, mazhab kita dan mazhab jumhur’.

Wallahua'lam.                         

Silahkan ikuti kajian berikutnya