Tabaruk para Sahabat dari Bekas Sentuhan Nabi Shallallahuálaihiwasallam

Tabaruk para Sahabat dari Bekas Sentuhan Nabi shallallahu'alaihiwasallam

Suatu ketika Abu Ayub Al-Anshari kedatangan Nabi-shallallahu'alaihiwa sallam . Ketika itu, beliau-shallallahu'alaihiwasallam-baru saja berhijrah ke Madinah. Abu Ayub berkata, “Kami menyiapkan untuk beliau-shallallahu'alaihi wasallam-makan malam. Seusai beliau-shallallahu'alaihiwasallam-makan,aku dan Ummu Ayub mengusap-usap bekas tangan beliau dan makan di bekas makannya beliau-shallallahu'alaihiwasallam-untuk mengharap berkah.

Pada satu malam, kami mengirim buat beliau makanan yang terdapat bawang merah dan bawang putih di dalamnya. Rasul-shallallahu'alaihiwasallam- menolaknya. Kami pun tidak mendapati bekas tangan beliau. Akhirnya, aku datangi beliau dengan perasaan takut. Aku tanyakan, ‘Wahai Rasulallah, demi ayahku, engkau dan ibuku, engkau telah menolak hidanganmu, sehingga kami tidak mendapati bekas tanganmu?’

Beliau-shallallahu'alaihiwasallam-menjawab, ‘Aku mendapatkan bau pohon ini (bawang). Dikarenakan aku adalah lelaki yang selalu bermunajat (maka menjauhinya), adapun kalian, makanlah darinya..’”.(Al-Bidayah wa an-Nihayah, III: 201; Kitab Sirah Ibnu Hisyam, II:144; Kitab ad-Dalail karya al-Baihaqi, II:510).

 

Dari Anas, “Sewaktu Rasulallah-shallallahu'alaihiwasallam-memasuki rumah Ummu Sulaim, beliau-shallallahu'alaihiwasallam-mendapati di rumah tersebut terdapat qirbah (tempat air dari kulit) yang tergantung. Kemudian, beliau-shallallahu'alaihiwasallam-mengambilnya dan meminum langsung dari bibir qirbah. Ummu Sulaim mengambilnya dan memotong bibir qirbah tadi, untuk kemudian menyimpannya” (Musnad Imam Ahmad bin Hanbal, VII: 520 hadis ke-26574;  at-Thabaqat, VIII:213).

 

Dari Abdurrahman bin Abi Umrah yang diriwayatkan dari neneknya, Ummu Kultsum. Beliau berkata:“Sewaktu Rasulallah-shallallahu'alaihiwasallam-memasuki rumahku, beliau mendapti qirbah tergantung yang berisi air. Beliau -shallallahu'alaihiwasallam-meminum darinya. Kemudian kupotong bib qirbah dan kuangkat, mengharap berkah dari bekas bibir Rasul-Allah.” (Sunan Ibnu Majah, II: 1132).

 

Dalam Thabaqat, Ibnu Sa’ad Abdurrahman bin Abdul Qadir juga mengatakan, “Ia melihat Abdullah bin Umar Ibnul Khatab r.a. bertabaruk dengan mengusapkan tangannya pada tempat duduk Rasulallah-shallallahu'alaihi wa sallam-yang berada di mimbar beliau, kemudian mengusapkan tangan itu pada wajahnya”. Dalam riwayat lain, Abdurrahman mengatakan, “Abdullah bin Umar juga mengusapkan tangannya pada bagian mimbar yang dahulu sering di- pegang oleh Rasulallah-shallallahu'alaihiwasallam-”. Al-Qadhi Iyadh berkata, menurut sebuah riwayat, Ibnu Umar pernah meletakkan tangannya pada tempat duduk di mimbar Rasulallah-shallallahu'alaihiwasallam-, kemudian ia mengusapkan tangannya ke wajah.

 

Ibnu Taimiyah mengemukakan sebuah riwayat berasal dari Ahmad bin Hanbal, ia Imam Ahmad membolehkan orang mengusap mimbar dan rumanahnya (benda bulat dari kayu yang berada di atas mimbar [kuno], tempat berpegang pada saat orang sedang berkhutbah). Ibnu Taimiyah juga meriwayatkan, “Ibnu Umar, Sa’id bin Al-Musayyab dan Yahya bin Sa’id salah seorang ulama Fiqih di Madinah semuanya pernah melakukan hal seperti itu”. (Iqtidha As-Shirathil Mustaqim, hal. 367).

Wallahua'lam

Silahkan baca uraian selanjutnya

 

Maak jouw eigen website met JouwWeb